Sekilas judul diatas terbaca sederhana dan biasa saja. Namun akibat yang ditimbulkan karena mengabaikannya atau melalaikannya dapat membuat permasalahan bisa berbuntut panjang. Ada baiknya kita simak secara seksama cuplikan peristiwa nyata berikut ini :
Peristiwa Pertama : (dikutip dari situs www.detik.com)
Insiden kesemrawutan prosedur keamanan terjadi dalam acara diplomatik di Gedung Putih. Gara-gara kesemrawutan itu, sejumlah diplomat asing tak bisa mengikuti acara. Gedung Putih pun meminta maaf atas kejadian itu.
Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama menjadi tuan rumah sebuah acara diplomatik yang digelar di Gedung Putih pada Selasa, 5 Oktober malam waktu setempat. Acara penerimaan Chiefs of Mission and Charges d'Affaires tersebut merupakan acara tahunan yang populer di kalangan korps diplomatik.
Namun sejumlah duta besar (dubes) tak diizinkan masuk ke Gedung Putih untuk mengikuti acara tersebut. Mereka tertahan di luar Gedung Putih. Bahkan karena menunggu terlalu lama di luar gerbang, beberapa diplomat menyerah dan memilih pulang.
Gara-garanya, ada kesalahan dalam memproses data pribadi para diplomat tersebut. Nama-nama mereka dan tanggal lahir tampaknya tertukar dalam sistem komputer yang digunakan Dinas Rahasia AS untuk memeriksa para pengunjung yang masuk ke Gedung Putih.
"Ada informasi yang didata dengan tidak benar," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/10/2010).
"Kami tentu saja minta maaf atas ketidanyamanan itu. Saya yakin Departemen Luar Negeri juga telah melakukan panggilan telepon mengenai hal itu guna menyampaikan penyesalan kami atas kekeliruan tersebut," ujar Gibbs.
Akibat kekacauan data komputer tersebut, menurut CNN, sebanyak 30 diplomat awalnya ditolak masuk oleh staf keamanan. Para dubes dari Oman, Pakistan, Rusia, Arab Saudi termasuk mereka yang tak diizinkan masuk.
Mereka yang sabar menunggu, akhirnya bisa mengikuti acara tersebut. Namun beberapa diplomat yang kesal karena harus tertahan lama di luar gerbang Gedung Putih, memutuskan untuk pulang. Dubes Oman Hunaina Sultan al-Mughairy merupakan yang pertama meninggalkan Gedung Putih.
"Ini contoh bagaimana hal kecil bisa menjadi persoalan besar," ujar seorang dubes yang tidak diizinkan masuk. "Kebanyakan dubes bisa menerimanya namun beberapa dari mereka benar-benar tersinggung," cetusnya.
Peristiwa Kedua (juga dikutip dari www.detik.com)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta maaf kepada pemerintah Filipina. Gara-garanya, bendera Filipina dipasang terbalik saat berlangsung event resmi di New York, AS yang dihadiri Presiden AS Barack Obama.
Pemasangan bendera Filipina yang terbalik itu terjadi saat KTT ASEAN-AS. Pemerintah AS menyebut insiden itu murni kesalahan yang tidak disengaja.
Bendera Filipina yang berwarna merah-putih dan biru dengan gambar bintang berwarna kuning itu dipasang terbalik saat Obama bertemu Presiden Filipina Benigno Aquino dalam KTT ASEAN-AS. Saat itu bendera dipasang warna merah berada di atas, padahal seharusnya warna biru yang berada di atas.
Pemasangan bendera yang terbalik itu punya arti khusus di Filipina. Artinya, negara dalam keadaan perang.
"Ini kesalahan murni," kata Rebecca Thompson, juru bicara Kedutaan Besar AS di Manila, Filipina seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (27/9/2010).
Peristiwa Ketiga (dikutip dari buku "Harus Bisa" oleh Dr. Dino Patti Djalal)
Pada suatu acara kenegaraan di Amerika Serikat, yang dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu Mr. George W. Bush dan Perdana Menteri Republik Rakyat Cina, sang pembawa acara menyebutkan Perdana Menteri RRC sebagai Prime Minister of Republic of China yang sama saja dengan Perdana Menteri Taiwan. Hal ini kontan membuat Perdana Menteri RRC beserta seluruh delegasi merasa tersinggung dan merasa dilecehkan. Akibat insiden tersebut berkali-kali Presiden Bush meminta maaf kepada PM RRC. Sanksi yang cukup berat pun dijatuhkan terhadap pembawa acara beserta atasannya akibat kelalaian terhadap penyebutan tersebut.
Masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang menunjukkan bahwa perhatian terhadap detail itu adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar karena membawa akibat yang ternyata harus dibayar mahal.
Dalam semua bidang kehidupan, perhatian terhadap detail merupakan salah satu syarat utama mencapai kesempurnaan. Memiliki perhatian seperti ini bukanlah didapatkan melalui teori khusus di sekolah atau kuliah, melainkan dari pengalaman hidup dan pelajaran dari berbagai peristiwa serupa diatas. Melalui tulisan ini, penulis mengajak marilah kita mengasah perhatian kita terutama terhadap detail setiap hal agar kita mampu menyerap informasi yang utuh dan mendapatkan hasil yang sempurna minimal mendekati kesempurnaan.
Peristiwa Pertama : (dikutip dari situs www.detik.com)
Insiden kesemrawutan prosedur keamanan terjadi dalam acara diplomatik di Gedung Putih. Gara-gara kesemrawutan itu, sejumlah diplomat asing tak bisa mengikuti acara. Gedung Putih pun meminta maaf atas kejadian itu.
Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama menjadi tuan rumah sebuah acara diplomatik yang digelar di Gedung Putih pada Selasa, 5 Oktober malam waktu setempat. Acara penerimaan Chiefs of Mission and Charges d'Affaires tersebut merupakan acara tahunan yang populer di kalangan korps diplomatik.
Namun sejumlah duta besar (dubes) tak diizinkan masuk ke Gedung Putih untuk mengikuti acara tersebut. Mereka tertahan di luar Gedung Putih. Bahkan karena menunggu terlalu lama di luar gerbang, beberapa diplomat menyerah dan memilih pulang.
Gara-garanya, ada kesalahan dalam memproses data pribadi para diplomat tersebut. Nama-nama mereka dan tanggal lahir tampaknya tertukar dalam sistem komputer yang digunakan Dinas Rahasia AS untuk memeriksa para pengunjung yang masuk ke Gedung Putih.
"Ada informasi yang didata dengan tidak benar," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/10/2010).
"Kami tentu saja minta maaf atas ketidanyamanan itu. Saya yakin Departemen Luar Negeri juga telah melakukan panggilan telepon mengenai hal itu guna menyampaikan penyesalan kami atas kekeliruan tersebut," ujar Gibbs.
Akibat kekacauan data komputer tersebut, menurut CNN, sebanyak 30 diplomat awalnya ditolak masuk oleh staf keamanan. Para dubes dari Oman, Pakistan, Rusia, Arab Saudi termasuk mereka yang tak diizinkan masuk.
Mereka yang sabar menunggu, akhirnya bisa mengikuti acara tersebut. Namun beberapa diplomat yang kesal karena harus tertahan lama di luar gerbang Gedung Putih, memutuskan untuk pulang. Dubes Oman Hunaina Sultan al-Mughairy merupakan yang pertama meninggalkan Gedung Putih.
"Ini contoh bagaimana hal kecil bisa menjadi persoalan besar," ujar seorang dubes yang tidak diizinkan masuk. "Kebanyakan dubes bisa menerimanya namun beberapa dari mereka benar-benar tersinggung," cetusnya.
Peristiwa Kedua (juga dikutip dari www.detik.com)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta maaf kepada pemerintah Filipina. Gara-garanya, bendera Filipina dipasang terbalik saat berlangsung event resmi di New York, AS yang dihadiri Presiden AS Barack Obama.
Pemasangan bendera Filipina yang terbalik itu terjadi saat KTT ASEAN-AS. Pemerintah AS menyebut insiden itu murni kesalahan yang tidak disengaja.
Bendera Filipina yang berwarna merah-putih dan biru dengan gambar bintang berwarna kuning itu dipasang terbalik saat Obama bertemu Presiden Filipina Benigno Aquino dalam KTT ASEAN-AS. Saat itu bendera dipasang warna merah berada di atas, padahal seharusnya warna biru yang berada di atas.
Pemasangan bendera yang terbalik itu punya arti khusus di Filipina. Artinya, negara dalam keadaan perang.
"Ini kesalahan murni," kata Rebecca Thompson, juru bicara Kedutaan Besar AS di Manila, Filipina seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (27/9/2010).
Peristiwa Ketiga (dikutip dari buku "Harus Bisa" oleh Dr. Dino Patti Djalal)
Pada suatu acara kenegaraan di Amerika Serikat, yang dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu Mr. George W. Bush dan Perdana Menteri Republik Rakyat Cina, sang pembawa acara menyebutkan Perdana Menteri RRC sebagai Prime Minister of Republic of China yang sama saja dengan Perdana Menteri Taiwan. Hal ini kontan membuat Perdana Menteri RRC beserta seluruh delegasi merasa tersinggung dan merasa dilecehkan. Akibat insiden tersebut berkali-kali Presiden Bush meminta maaf kepada PM RRC. Sanksi yang cukup berat pun dijatuhkan terhadap pembawa acara beserta atasannya akibat kelalaian terhadap penyebutan tersebut.
Masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang menunjukkan bahwa perhatian terhadap detail itu adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar karena membawa akibat yang ternyata harus dibayar mahal.
Dalam semua bidang kehidupan, perhatian terhadap detail merupakan salah satu syarat utama mencapai kesempurnaan. Memiliki perhatian seperti ini bukanlah didapatkan melalui teori khusus di sekolah atau kuliah, melainkan dari pengalaman hidup dan pelajaran dari berbagai peristiwa serupa diatas. Melalui tulisan ini, penulis mengajak marilah kita mengasah perhatian kita terutama terhadap detail setiap hal agar kita mampu menyerap informasi yang utuh dan mendapatkan hasil yang sempurna minimal mendekati kesempurnaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar