Kamis, 14 Oktober 2010

perhatian terhadap detail

Sekilas judul diatas terbaca sederhana dan biasa saja. Namun akibat yang ditimbulkan karena mengabaikannya atau melalaikannya dapat membuat permasalahan bisa berbuntut panjang. Ada baiknya kita simak secara seksama cuplikan peristiwa nyata berikut ini :

Peristiwa Pertama : (dikutip dari situs www.detik.com)

Insiden kesemrawutan prosedur keamanan terjadi dalam acara diplomatik di Gedung Putih. Gara-gara kesemrawutan itu, sejumlah diplomat asing tak bisa mengikuti acara. Gedung Putih pun meminta maaf atas kejadian itu.

Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama menjadi tuan rumah sebuah acara diplomatik yang digelar di Gedung Putih pada Selasa, 5 Oktober malam waktu setempat. Acara penerimaan Chiefs of Mission and Charges d'Affaires tersebut merupakan acara tahunan yang populer di kalangan korps diplomatik.

Namun sejumlah duta besar (dubes) tak diizinkan masuk ke Gedung Putih untuk mengikuti acara tersebut. Mereka tertahan di luar Gedung Putih. Bahkan karena menunggu terlalu lama di luar gerbang, beberapa diplomat menyerah dan memilih pulang.

Gara-garanya, ada kesalahan dalam memproses data pribadi para diplomat tersebut. Nama-nama mereka dan tanggal lahir tampaknya tertukar dalam sistem komputer yang digunakan Dinas Rahasia AS untuk memeriksa para pengunjung yang masuk ke Gedung Putih.

"Ada informasi yang didata dengan tidak benar," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/10/2010).

"Kami tentu saja minta maaf atas ketidanyamanan itu. Saya yakin Departemen Luar Negeri juga telah melakukan panggilan telepon mengenai hal itu guna menyampaikan penyesalan kami atas kekeliruan tersebut," ujar Gibbs.

Akibat kekacauan data komputer tersebut, menurut CNN, sebanyak 30 diplomat awalnya ditolak masuk oleh staf keamanan. Para dubes dari Oman, Pakistan, Rusia, Arab Saudi termasuk mereka yang tak diizinkan masuk.

Mereka yang sabar menunggu, akhirnya bisa mengikuti acara tersebut. Namun beberapa diplomat yang kesal karena harus tertahan lama di luar gerbang Gedung Putih, memutuskan untuk pulang. Dubes Oman Hunaina Sultan al-Mughairy merupakan yang pertama meninggalkan Gedung Putih.

"Ini contoh bagaimana hal kecil bisa menjadi persoalan besar," ujar seorang dubes yang tidak diizinkan masuk. "Kebanyakan dubes bisa menerimanya namun beberapa dari mereka benar-benar tersinggung," cetusnya.

Peristiwa Kedua (juga dikutip dari www.detik.com)

Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta maaf kepada pemerintah Filipina. Gara-garanya, bendera Filipina dipasang terbalik saat berlangsung event resmi di New York, AS yang dihadiri Presiden AS Barack Obama.

Pemasangan bendera Filipina yang terbalik itu terjadi saat KTT ASEAN-AS. Pemerintah AS menyebut insiden itu murni kesalahan yang tidak disengaja.

Bendera Filipina yang berwarna merah-putih dan biru dengan gambar bintang berwarna kuning itu dipasang terbalik saat Obama bertemu Presiden Filipina Benigno Aquino dalam KTT ASEAN-AS. Saat itu bendera dipasang warna merah berada di atas, padahal seharusnya warna biru yang berada di atas.

Pemasangan bendera yang terbalik itu punya arti khusus di Filipina. Artinya, negara dalam keadaan perang.

"Ini kesalahan murni," kata Rebecca Thompson, juru bicara Kedutaan Besar AS di Manila, Filipina seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (27/9/2010).

Peristiwa Ketiga (dikutip dari buku "Harus Bisa" oleh Dr. Dino Patti Djalal)

Pada suatu acara kenegaraan di Amerika Serikat, yang dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu Mr. George W. Bush dan Perdana Menteri Republik Rakyat Cina, sang pembawa acara menyebutkan Perdana Menteri RRC sebagai Prime Minister of Republic of China yang sama saja dengan Perdana Menteri Taiwan. Hal ini kontan membuat Perdana Menteri RRC beserta seluruh delegasi merasa tersinggung dan merasa dilecehkan. Akibat insiden tersebut berkali-kali Presiden Bush meminta maaf kepada PM RRC. Sanksi yang cukup berat pun dijatuhkan terhadap pembawa acara beserta atasannya akibat kelalaian terhadap penyebutan tersebut.

Masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang menunjukkan bahwa perhatian terhadap detail itu adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar karena membawa akibat yang ternyata harus dibayar mahal.
Dalam semua bidang kehidupan, perhatian terhadap detail merupakan salah satu syarat utama mencapai kesempurnaan. Memiliki perhatian seperti ini bukanlah didapatkan melalui teori khusus di sekolah atau kuliah, melainkan dari pengalaman hidup dan pelajaran dari berbagai peristiwa serupa diatas. Melalui tulisan ini, penulis mengajak marilah kita mengasah perhatian kita terutama terhadap detail setiap hal agar kita mampu menyerap informasi yang utuh dan mendapatkan hasil yang sempurna minimal mendekati kesempurnaan.

Hubungan Psikologi dan Internet (bagian ketiga)

Selain sebagai ajang pertukaran informasi terutama berkaitan dengan minat yang ada dalam ilmu psikologi, pemanfaatan internet juga dapat menghasilkan keuntungan berupa pendapatan bagi para praktisi di bidang psikologi. Banyaknya keuntungan diantaranya adalah publikasi dan promosi pusat terapi atau penanganan terhadap permasalahan psikologi. Semakin banyak yang memanfaatkan internet maka semakin mudah bagi orang yang memerlukan untuk mendapatkan informasinya. Apalagi sekarang ini banyak orang yang ketika membutuhkan suatu informasi, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah mencari lewat internet dengan bantuan mesin pencari atau search engine yang tersedia. Dengan publikasi dan promosi tersebut apakah melalui situs sendiri, atau iklan pada situs periklanan berbayar dn gratis, tentunya sudah merupakan keuntungan sendiri bagi para praktisi yang mengelola pusat terapi tersebut.
Pemanfaatan lainnya adalah dalam bentuk peluncuran jurnal ilmiah, yang biasanya dikeluarka oleh institusi perguruan tinggi. Memang publikasi jurnal terutama psikologi melalui situs nampaknya belum menjadi kebiasaan orang Indonesia. Hal ini tampak dari upaya penulis ketika mencari jurnal ilmiah psikologi yang sesuai dengan tema yang ingin dibahas, ternyata menemui kesulitan yang tidak ringan. Berbagai situs perguruan tinggi memang sudah mulai memuat jurnal ilmiah psikologi-nya namun jumlahnya masih terbilang sedikit. Ada juga situs yang memuat jurnal ilmiahnya dalam bahasa inggris dan ini sangat positif untuk pengembangan ke kancah internasional, walaupun lagi-lagi jumlahnya juga masih sangat sedikit. Adapun situs-situs dari luar negeri sudah sangat banyak dan terbiasa memuat jurnal ilmiah dari penelitian yang sudah lama dilakukan sampai penelitian terkini. Situs-situs tersebut memuat jurnal untuk dipublikasikan dan diunduh oleh siapapun yang membutuhkan dan kebanyakan tidak gratis. Sehingga beberapa keuntungan dapat diraih oleh penelitinya mulai keuntungan ilmiah, keuntungan akademis sampai keuntungan finansial.
Internet juga memungkinkan para praktisi psikologi untuk membangun kerjasama saling menguntungkan dengan praktisi di bidang ilmu komputer melalui tes-tes psikologi yang dilaksanakan secara online dan real time. Melalui situs-situs yang memuat tes psikologi tersebut, para pengguna internet bisa menguji dan mengukur kemampuan intelligent question-nya, mengetahui bagaimana persisnya kepribadian dan perilakunya, sampai mendapatkan alternatif solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Slogan "borderless" ternyata bukan ucapan semata tetapi juga nyata dalam hubungan psikologi dengan internet.
Jejaring sosial yang marak akhir-akhir ini ikut memberikan kontribusi yang positif bagi para praktisi psikologi. Berbagai ide penelitian dapat muncul dan dikembangkan seputar jejaring sosial tersebut. Hubungan aspek psikologis individu dengan internet juga banyak mendapat perhatian peneliti sehingga memunculkan karya-karya baru dan meambah deretan panjang para ahli psikologi.

Kamis, 07 Oktober 2010

Hubungan Psikologi dan Internet (bagian kedua)

Pengguna internet yang sangat banyak di seluruh dunia, dan masih terus berkembang, dapat menjadi kajian berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bidang psikologi, seperti disebutkan pada tulisan yang lalu, memiliki hubungan yang erat dengan teknologi internet. Psikologi dapat memanfaatkan kegunaan-kegunaan yang begitu banyak pada internet, dan begitu pula sebaliknya internet dapat dikaji dari aspek psikologi penggunanya.

Pada bidang psikologi, internet memiliki andil yang besar dalam pengembangan keilmuannya. Keberadaan internet yang menjadikan dunia borderless atau tanpa batas, memudahkan siapa saja untuk saling bertukar informasi dan melihat belahan dunia lain lengkap dengan informasi yang menyertainya. Melalui internet, psikologi menjadi ilmu yang lebih terbuka karena siapapun dapat menuliskan seluk beluk psikologi dan perkembangannya dari manapun, tanpa kesulitan sama sekali. Para ahli psikologi dari mana saja dapat memberikan curahan ide dan pendapatnya seputar topik-topik yang menjadi pembahasan psikologi. Bisa saja seorang pakar di salah satu universitas di Amerika menuliskan teorinya yang terbaru dalam pembahasan mengenai fase perkembangan manusia (human development) untuk kemudian dimintakan tanggapan dari para pakar psikologi yang tinggal di berbeda tempat bahkan berbeda benua. Diskusi para ahli tersebut akan menjadi sangat menarik karena perbedaan pendapat yang muncul sudah pasti dilatarbelakangi oleh perbedaan tradisi budaya, sosial ekonomi, sistem politik, tingkat pendidikan dan sebagainya. Buku-buku dan jurnal psikologi juga bukan lagi menjadi "harta karun" milik institusi atau masyarakat setempat dimana buku dan jurnal tersebut dikeluarkan, melainkan dapat di-share melalui internet agar dapat diunduh oleh institusi pendidikan atau pemerhati psikologi yang ada di seluruh dunia, baik dijual maupun secara gratis.

Transfer of knowledge dan sharing information memang menjadi suatu keharusan dalam psikologi. Kehidupan manusia yang terus menerus berkembang dengan berbagai aspeknya, juga ikut membuat perilaku mahasiswa di Indonesia cenderung ikut berubah. Sebagai contoh, Pada era tahun 1990-an, dimana internet belum dikenal luas di Indonesia, mahasiswa dapat kuliah dengan baik walaupun teknologi belum secanggih sekarang. Tugas kuliah selalu dapat diselesaikan meski literatur hanya terdapat di perpustakaan atau hanya ada pada dosen yang mengajar mata kuliah tersebut. Belum lagi pengetikan yang hanya mengandalkan mesin tik dan karbon. Berbeda dengan sekarang, kebanyakan mahasiswa meneyelsaikan seluruh tugas dengan merujuk ke internet. Apabila bahan yang selaras dan sesuai topik tugas, tanpa basa basi langsung saja diunduh dan dimodifikasi seperlunya. Setelah itu dirapikan baru kemudian dikumpulkan. Keadaan ini menyebabkan banyak mahasiswa yang ingin segala sesuatunya serba instant dan kurang mengetahui apa yang sebenarnya ia telah lakukan. Hal ini jelas berdampak pada pola fikir pascakuliah nantinya.