Kamis, 06 Januari 2011

Usaha sendiri (Wira Usaha)

Pengertian Wirausaha

Wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan keberhasilan.

Ciri – Ciri dan Watak Wirausaha
Seseorang dapat dikatakan sebagai wirausaha apabila ia memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Percaya diri
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
3. Pengambilan resiko
4. Kepemimpinan
5. Orisinalitas
6. Berorientasi pada masa depan


Watak yang melekat pada seorang wirausaha adalah :
1. Keyakinan, kemandirian, individualitas dan optimisme
2. Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif
3. Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan menyukai tantangan
4. Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik
5.Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6. Pandangan ke depan perspektif


Sebagai contoh mari kita perhatikan ilustrasi berikut ini :

Ahmad tinggal di sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas yang letaknya dekat dengan terminal busway. Situasi ini dimanfaatkan oleh Ahmad dengan membuka usaha penitipan sepeda motor di halaman rumahnya, ini dilakukan olehnya setelah ia mengamati banyak penumpang busway yang membawa motor sampai di terminalsebelum melanjutkan perjalanannya. Usaha in ternyata memberikan hasil yang lumayan, dan dapat dipergunakannya untuk menghidupi keluarganya. Cerita ini menggambarkan betapa Ahmad memiliki ciri dan watak sebagai wirausahawan, dimana ia melakukan usaha dengan percaya diri, berorientasi pada hasil, kreatif, berani mengambil resiko dan memiliki visi pandangan ke depan.

Sifat – Sifat Yang Harus Dimiliki Wirausaha

Untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses, diperlukan sifat – sifat sebagai berikut :
1. Terbuka pada pengalaman
2. Melihat sesuatu dengan cara pandang yang berbeda
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
4. Memiliki rasa tepo seliro (toleransi yang tinggi)
5. Mampu menerima perbedaan
6. Independen dalam pertimbangan, pemikiran dan tindakan
7. Membutuhkan dan menerima otonomi
8. Percaya pada diri sendiri
9. Berani mengambil resiko
10. Tekun dan ulet


Syarat – Syarat Wirausaha

Setiap wirausahawan pasti ingin sukses dalam menjalankan usahanya. Untuk itu seorang wirausahawan harus membekali dirinya dengan hal – hal sebagai berkut :
1. Memiliki sikap mental yang positif
2. Mampu berpikir kreatif
3. Rajin mencoba hal – hal yang baru ( inovatif )
4. Memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi
5. Mampu berkomunikasi


Apa pengertian peluang usaha?

Momentum atau kesempatan yang pasti bisa didapatkan seseorang atau lebih dengan mengandalkan potensi diri yang ada dan dengan memanfaatkan paradigma waktu demi ketenagakerjaan yang positif.
Peluang usaha sangat banyak disekitar kita. Mulai dari usaha bermodal dengkul sampai usaha yang memerlukan modal tidak sedikit. Dari usaha jual obat dipinggir jalan sampai jual obat di mall dan apotek. Jadi janganlah Anda berpikir saya belum berusaha karena belum ada peluang. Padahal pada umumnya dikarenakan Anda tidak siap atau tidak sigap. Untuk mudahnya, marilah kita lihat disekitar keliling kita sumber-sumber peluang usaha untuk kita kenali, pelajari dan kita kembangkan lebih lanjut, sehingga kita mempunyai beberapa pilihan usaha yang kita minati dan sesuai kemampuan kita.
Beberapa sumber peluang usaha misalnya :
1.Buku daftar telepon. Biasa juga disebut buku kuning yang memuat daftar produk atau jasa yang berhubungan dengan usaha kecil. Misalnya Anda berminat dengan perkebunan, maka Anda akan mendapatkan semua klasifikasi yang berhubungan dengan berkebun seperti jenis bunga, arsitek penataan kebun, obat-obatan untuk tanaman dll. Buat daftar mana saja yang Anda sukai.
2.Koran & Majalah Anda dapat berlangganan koran atau tabloid yang sering menginformasikan berbagai ide dan peluang usaha, dan juga iklan-iklan yang menawarkan kerja sama dll. Jika Anda membacanya, pikirkanlah peluang bisnis yang ada atau kecenderungan usaha yang mungkin dapat Anda kembangkan lagi.
3.Hobi bepergian, Kapan saja Anda bepergian lihat sekeliling dimana Anda berada. Toko-toko pakaian, makanan, bengkel, kerajinan, mebel dan lain sebagainya. Jika Anda menemui sesuatu yang menarik, cobalah Anda tanya dan berdiskusi dengan pemilik usaha tersebut, darimana produknya disuplai, apa usahanya cukup maju, apakah barang yang Anda lihat banyak peminat atau tidak dll. Tehnik bertanyanya terserah Anda, apa pura-pura membeli, menawar, memuji keindahannya, komentar kok pelanggannya banyak dlsb.
4.Kunjungi Toko Buku Toko buku selain tempat untuk membeli berbagai buku bacaan atau keperluan sekolah. Namun banyak juga toko buku yang menjual buku berbagai ide usaha. Coba anda lihat-lihat atau minta catalog buku. Mungkin saja ada buku yang memberi ide usaha untuk Anda lakukan. Untuk mudahnya agar tidak semua buku Anda borong, sebaiknya catat saja dahulu judul-judul yang memberikan ide usaha kepada Anda. jika Anda sudah menyeleksi dan mempunyai beberapa pilihan yang paling mendekati keinginan Anda, barulah dibeli.
5.Teman atau kenalan Bersilahturahmi kepada teman-teman adalah pekerjaan yang baik sekali dan dianjurkan oleh agama islam. Beritahu mereka tentang minat Anda mencari produk atau usaha tertentu. Tanyakan pada mereka apa yang mereka lakukan. Kalau mereka bergelut dalam dunia bisnis tanyakan bagaimana kondisi terakhir dunia perbisnisan, tanyakan bagaimana mereka memulai bisnis, bagaimana rencana masa depan , bagaimana mereka menilai kebutuhan pasar. Jika usaha yang Anda minati ada diantara mereka, cobalah dekati mereka lebih dalam, misalnya ajak mereka makan siang atau malam, bertamu kerumahnya, berkunjung ketempat usahanya dll. Masih banyak sumber-sumber informasi peluang yang bisa Anda jajaki, misalnya perpustakaan, distributor, pedagang grosir, pasar, mall, pelanggan dari suatu perusahaan, berbagai ekspor/import, jasa informasi produk lisensi, internet, pameran, bazar, seminar, supermarket dll. Ingat, agar usaha mencari peluang usaha ini tidak sia-sia, maka setiap ada jenis usaha, jasa atau produk yang Anda temui dan minati, semua itu harus dicatat. Kemudian suatu saat kita lakukan beberapa ketentuan atau kriteria untuk segera mengambil keputusan yang paling tepat atau mendekati pilihan Anda.

KRITERIA MEMILIH PELUANG USAHA
Jika Anda sudah mempunyai daftar beberapa peluang usaha yang sudah Anda survey dengan baik. Maka sudah waktunyalah Anda untuk menentukan pilihan usaha apa yang akan Anda lakukan. Sebelum Anda menentukan peluang usaha apa, maka cobalah beberapa kriteria analisis ini disimak dahulu untuk memudahkan peluang usaha mana yang akan Anda pilih :
1.Analisa Modal Berapa besar modal yang diperlukan untuk bisnis tersebut. Berapa modal yang Anda miliki. Kalau masih kurang, adakah modal lain.
2.Analisa Penghasilan Berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha tersebut. Berapa besar kebutuhan hidup Anda. Kalau masih kurang, masih bisakah cari tambahan lain.
3.Analisa Sektor Usaha Apakah sektor ini merupakan salah satu keinginan Anda. Beri urutan, dimana usaha yang paling Anda minati diurutan atas.
4.Analisa Jam Kerja Apakah usaha ini akan menyita habis waktu Anda dan keluarga Anda. Atau waktunya normal (jam 08 s/d jam 17), atau waktunya bisa Anda atur sendiri. Tujuh hari atau lima hari seminggu atau terserah Anda untuk mengaturnya berapa hari perminggu.
5.Analisa prospek Pelajari keadaan usaha sejenis tersebut saat ini dan masa depan. Dari sekian daftar usaha, mana yang paling memberikan prospek baik saat ini maupun masa depan. Dan masih banyak lagi ktritea lain yang Anda sendiri bisa tentukan. Setelah itu buatlah daftar peluang usaha apa saja yang Anda temukan sesuai dengan kemampuan diri Anda.

DASAR-DASAR ANALISIS PELUANG USAHA

Agar usaha yang dirintis calon wirausaha berhasil baik dan dapat memberikan keuntungan maka dibutuhkan analisis bisnis yang tepat. Memulai bisnis baru dengan menjadi entrepreuneur bukanlah hal yang mudah, calon wirausaha terlebih dahulu harus mampu menumbuhkan rasa cinta pada kegiatan usaha yang akan dijalankannya serta pengetahuan yang memadai mengenai jenis usaha yang menguntungkan. Rasa cinta atas kegiatan usaha yang akan dimulai tidak akan tumbuh bila tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai mengenai jenis usaha tersebut, untuk itu salah satu langkah awal dalam menentukan jenis bisnis yang akan ditekuni wirausaha adalah mengetahui kepribadian calon wirausaha dan informasi alternative usaha yang prosfektif. Pemahaman akan diri sendiri merupakan factor kunci bagi seorang wirausaha dalam memulai suatu bisnis karena dengan mengenali diri sendiri perjalanan usaha yang akan dirintis dapat lebih mudah diprediksi.
Beberapa factor dalam diri calon wirausaha yang harus dipahami sebelum memulai bisnis :
1. Karakter pribadi, didalamnya termasuk kesabaran, ketekuanan, percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan motivasi diri. Contoh seseorang yang memiliki sifat ingin cepat memperoleh hasil yang besar mungkin lebih cocok bergerak di bisnis yang “high profit” dengan frekuensi penjualan yang mungkin tidak terlalu sering dibandingkan bergerak di bisnis yang mengandalkan jumlah penjualan yang terus menerus dengan margin penjualan yang kecil.
2. Bakat, potensi dan kemampuan. Sebuah usaha akan mencapai kesuksesan apabila usaha tersebut dijalankan sesuai dengan bakat, potensi dan kemampuan diri. Sebaiknya calon wirausaha tidak memilih jenis usaha yang sama sekali tidak dikuasai karena akan banyak waktu dan biaya yang terbuang bahkan usaha yang dirintis mungkin tidak akan berjalan lancar.
3. Pengalaman. Calon wirausaha yang memiliki pengalaman di bidang usaha yang akan digeluti akan lebih memahami peluang dan kendala dari usahanya. Setelah memahami kepribadiannya, calon wirausaha dapat mulai menentukan alternative peluang usaha berdasarkan informasi-informasi yang memadai. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui :
a. Buku dan artikel media masaBuku dan artikel-artikel usaha di koran, majalah atau tabloid dapat menjadi sumber informasi mengenai jenis usaha yang sedang “booming” saat ini.
b. InternetInternet sebagai jendela informasi dunia merupakan media yang efektif bagi calon wirausaha untuk memperoleh informasi peluang dan jenis usaha yang akan ditekuni. Dengan hanya menggunakan search engine seperti www.google.com calon wirausaha dapat dengan cepat, mudah dan lengkap memperoleh informasi yang dibutuhkan.
c. Biografi dan kisah sukses pengusahaIsi biografi dan kisah sukses pengusaha mengemukan jenis usaha, kiat-kiat membuka usaha, kendala yang dihadapi dan perjalanan pengusaha meraih sukses dapat menjadi inspirasi calon wirausaha dalam memulai bisnisnya
d. Seminar atau pelatihan,Manfaat yang diperoleh calon wirausaha dengan mengikuti seminar atau pelatihan tidak hanya informasi peluang usaha, tetapi juga pengetahuan praktis yang lebih mendalam, sharing pengalaman dan pengetahuan antara sesama peserta atau pelatih serta kemungkinan terjalinnya kerjasama lebih jauh.


http://panggilduwzadjah.com

topik seputar kemiskinan

Badan Pusat Statistik melansir Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 sebesar 323,17 ribu orang (3,62 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 379.6 ribu orang (4,29 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 57,45 ribu (0,67 persen). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa laju penurunan jumlah penduduk miskin begitu cepat di pedesaan dibanding di perkotaan disebabkan oleh adanya arus urbanisasi dari desa ke kota. Kendatipun harus diakui bahwa penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari berbagai kebijaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini.
Beberapa dasawarsa terakhir ini orang juga senang memperbincangkan budaya kemiskinan (Lewis, 1959, 1966a, 1966b). Istilah tersebut mengandung pengertian bahwa orang-orang miskin hidup dalam suatu subkultur; dan sebagai akibat dari adanya kesamaan pengalaman, mereka memiliki sikap dan pola-pola perilaku tertentu yang diwariskan para orangtua kepada anak-anak mereka. Budaya semacam itu meliputi keluarga matrifokal, tindakan yang sesekali mengarah ke agresivitas fisik, ketidaksanggupan merencanakan masa depan, upaya mencari kepuasan seketika, dan pandangan masa depan yang fatalistis. Konsep budaya kemiskinan ini didukung oleh banyak ilmuwan sosial (Kerbo, 1981) yang menilai hal tersebut sebagai gambaran realistis tentang betapa sulitnya orang miskin melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan yang diwariskan dari generasi yang satu ke generasi lainnya (Galbraith, 1978: Segalman dan Basu, 1979).
Menilik pengertiannya, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia, dan ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominya sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial, karena mereka menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan, sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Mereka tidak akan terlalu memperhatikan keadaan tersebut, kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya ketidakadilan.
Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problem sosial karena sikap yang membenci kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Tetapi karena harta iliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta; seseorang dianggap miskin kalau tidak memiliki radio, televise atau sepeda motor. Sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial-ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya. Dengan demikian persoalannya mungkin menjadi lain yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.
Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer sehingga timbul tunakarya, tunasusila, dan lain sebagainya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya problema tersebut adalah karena salah satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Kepincangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainnya misalnya pada kehidupan keluarga yang tertimpa kemiskinan tersebut.
Kemiskinan memang merupakan materi yang sangat luas untuk dijadikan bahan pembahasan. Topiknya akan selalu ada dan aktual karena seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat dan selalu terkait dengan berbagai aspek kehidupan. Berbagai fenomena yang baru seputar kemiskinan terus bermunculan baik sebagai sesuatu yang baru maupun pengembangan dari model kemiskinan yang sudah ada sebelumnya. Dahulu mungkin kemiskinan hanya identik dengan peminta-minta, pemulung, pengamen cilik dan sebagainya. Sekarang sudah berkembang seperti fenomena manusia gerobak, pencari kerja di bus kota, bahkan ada paket wisata yang khusus melihat kondisi kemiskinan di tengah ibukota. Sejumlah fenomena dari kemiskinan sengaja diangkat dalam makalah ini untuk menyajikan gambaran nyata fenomena tersebut.

sumber : Horton, Paul B dkk, 1992, Sosiologi (Edisi Keenam), Jakarta, Erlangga.

Mengenal Kecerdasan Emosional pada anak usia dini


Anak adalah aset yang amat berharga bagi orangtua sekaligus sebagai investasi nyata di masa mendatang. Setiap anak yang dilahirkan, telah membawa karakter dan sifatnya sendiri. Termasuk juga telah membawa kecerdasan intelektual yang dikenal sebagai Inteligent Question dan kecerdasan emosional yang dikenal sebagai Emotional Question. Keduanya akan sanagat mempengaruhi kepribadian, bahkan dapat juga mempengaruhi keberhasilan atau kegagalannya. Orangtua bersama para pendidik dan lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak mengembangkan potensi kecerdasan yang dimilikinya tersebut.
Kapasitas kecerdasan anak dimulai sejak usia dini. Jauh di bawah usia sekolah. Hasil penelitian Depdiknas menyebutkan pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen. Sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80 persen. Kecerdasan baru mencapai 100 persen setelah anak berusia 18. Karena itu, pendidikan pada usia dini sangat penting untuk membantu anak mengembangkan kecerdasannya.
Sayangnya, pendidikan usia dini justru belum banyak mendapat perhatian banyak pihak. Hasil pendataan Depdiknas tahun 2004, baru 31,4 persen dari 11,5 juta anak usia 0–6 tahun yang mendapat pendidikan. Padahal, pendidikan anak dini usia merupakan investasi untuk menyiapkan generasi penerus yang sehat, cerdas, dan ceria.
Ada persamaan persepsi di kalangan ahli pendidikan di seluruh dunia tentang kesiapan anak untuk belajar saat memasuki jenjang pendidikan dini. Mereka menekankan betapa pentingya pendidikan prasekolah. Perluasan pendidikan yang mulai digalakkan untuk pendidikan prasekolah sudah saatnya menjadi salah satu program pembangunan pendidikan.
Berbagai penelitian juga menyimpulkan, perkembangan yang diperoleh pada masa usia dini sangat memengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasanya. Pendidikan dini bukan hanya memiliki fungsi strategis, tetapi juga mendasar dan memiliki andil memberi dasar kepribadian anak dalam sikap, perilaku, daya cipta dan kreativitas, serta kecerdasan kepada calon-calon SDM masa depan. Para ahli teori perkembangan menyebut usia dini sebagai the golden age (masa emas). Sejak lahir anak memiliki lebih kurang 100 miliar sel otak, sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberikan makan serta memberikan stimulasi pendidikan.
Dari aspek pendidikan, stimulan dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama), pembentukan sikap (disiplin dan kemandirian), dan pengembangan kemampuan dasar (berbahasa, motorik, kognitif, dan sosial). Ketika anak memasuki fase keemasan (0–5 tahun), ia membutuhkan proses pendidikan yang mengarah pada perkembangan intelectuall quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ) secara seimbang dengan berbagai metode.
Para pakar ilmu sosial sebenarnya masih beragumentasi mengenai apa sesungguhnya yang membentuk IQ seseorang. Tapi kebanyakan profesional setuju IQ dapat diukur dengan suatu alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal, termasuk daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, konsepsi, persepsi, pengolahan infomasi, dan kemampuan abstraksi. Namun, semua hasil tes ini bersifat temporer. Hasil tes IQ yang baik juga bergantung beberapa hal, misalnya latihan stimulasi dan kondisi fisik yang dialami anak. Di sisi lain, perilaku, kesehatan mental, pendidikan dan nilai yang dianut ibu, faktor keluarga, dan perkembangan usia juga memungkikan perolehan hasil yang baik.
Pada perkembangannya, IQ tinggi bukan menjadi jaminan keberhasilan seorang anak kelak. Karena tes IQ yang merupakan cikal-bakal pengukur kecerdasan itu hanya mengukur kapasitas logika dan bahasa atau verbal anak. Bahkan, para ahli memperkirakan IQ hanya menyumbang 20 persen dari keberhasilan seseorang menjalani profesinya setelah lulus sekolah. Apalagi setelah lahir teori multiple intellignece atau kecerdasan ganda yang dikemukakan Howard Gardner.
Teori yang didasarkan atas berbagai penelitian ilmiah dari berbagai ilmu pengetahuan, dari psikologi sampai antropolodi dan biologi ini memformulasikan tujuh jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logika-matematika, kinestetik, spasial, bermusik, interpersonal dan intrapersonal.
Melalui penemuannya ini Gardner menyatakan semua manusia memiliki seluruh kecerdasan ini, tapi tidak ada dua orang yang sama, walau kembar sekalipun, dan ini terjadi berkat pengaruh genetik dan lingkungan yang berbeda pada setiap orang.
Walaupun begitu, anak yang cerdas tak melulu cerdas kognitif (IQ). Tanpa kecerdasan emosional (EQ), anak sulit mengembangkan kepribadiannya.
Berbagai penelitian dalam bidang psikologi anak membuktikan anak-anak dengan kecerdsaan emosional yang tinggi adalah anak-anak yang bahagia, percaya diri, populer, dan lebih sukses. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosinya, menjalin hubungan yang manis dengan orang lain, bisa mengatasi stres, dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Dengan demikian, terbukti kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini dan menjadi dasar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, penuh perhatian, dan cinta kasih serta produktif.
Terakhir, cerdas spiritual, yaitu landasan dari seluruh kecerdasan. Karena anak yang saleh (cerdas spiritual), dia pasti cerdas. Sementara anak yang cerdas belum tentu saleh. Dalam hal kesalehan ini yang perlu dilakukan orangtua adalah bagaimana agar anak memiliki akhlakul karimah seperti Rasulullah saw., yang memiliki sifat sidik, tabligh, amanah, dan fatonah.
Untuk mendorong perkembangan kecerdasan anak secara optimal, orangtua berperan penting dalam memberikan stimulasi. Karena di usia balita anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan rumahnya, orangtua harus lebih kreatif memanfaatkan kondisi keseharian sebagai media belajar anak.
Apa yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu pembentukan IQ si kecil? Idealnya memang, sejak kehamilan ibu sudah memperhatikan asupan nutrisi dan stimuli-stimuli dari luar yang dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil.
Perlu diketahui, perkembangan sel otak terpesat pada anak terjadi pada masa balita, sehingga pada masa ini sering disebut masa keemasan anak. Untuk itu, selain pengalaman indra yang merangsang aktivitas dan mematangkan kerja otak, anak juga memerlukan nutrisi yang tepat untuk tumbuh kembang otaknya.
Alternatif lain yang disarankan ahli adalah memperdengarkan musik klasik sejak bayi dalam kandungan hingga usia balita. Penelitian menunjukkan mendengarkan atau belajar musik, terutama musik klasik bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbicara, pendengaran, rasa percaya diri, kemampuan koordinasi, bahkan mengoptimalkan kecerdasan anak.
Sementara itu, stimulasi dalam pengembangan kecerdasan mental dan emosional bisa dilakukan orangtua dalam setiap aspek kehidupan anak. Apa yang alami dalam kehidupan sehari-hari akan menentukan bagaimana anak bersikap, bertingkah laku, termasuk pola tanggap emosi. Semua pengalaman emosi di masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk sirkuit penentu kecerdasannya. Tanggapan, belaian, maupun bentakan yang menyakitkan dan sebagainya akan masuk ke gudang emosi yang berpusat di otak.
Dalam membantu perkembangan kecerdasan emosional anak, orangtua setahap demi setahap dapat merekayasa pengalaman-pengalaman yang dapat membesarkan hati anak dan memungkinkan koreksi atas temperamen anak. Agar anak mampu mengontrol emosinya dan menjaga agar tindakannya tidak dikendalikan emosi semata, anak harus diajarkan memahami apa yang yang diharapkan dari dirinya. Si kecil juga harus mengerti tiap tindakan membawa konsekuensi baik pada dirinya maupun orang lain. Makin sering anak berlatih mengelola emosi, seperti meredakan marah atau kecewa, makin inggi kemampuannya mengelola emosi.
Selain itu, orangtua juga perlu berhati-hati karena seperti juga kecerdasan kognitif, kecerdasan emosi merupakan kondisi yang netral secara normal. Jadi, hendaknya orangtua selalu menggunakan “kompas moral” dalam membimbing si kecil.

Pengertian Kecerdasan Emosional

Definisi kecerdasan emosi pertama kali disebutkan dalam majalah Time edisi Oktober 1995 oleh psikolog Peter Salovey dari Universitas Yale dan John Mayer dari Universitas Hampshire. Kecerdasan emosi adalah sebuah konsep untuk memahami perasaan seseorang, memahami empati seseorang terhadap perasaan orang lain dan memahami “bagaimana emosi sampai pada tahap tertentu menggairahkan hidup” (Kumpulan artikel Kompas, 2001: 181). Namun konsep kecerdasan emosi baru memasuki forum public setelah psikolog Danrel Goleman dari Universitas Harvard dalam buku
“Emotional Inteligence” (1994) menyatakan bahwa “Kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang 80% ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut kecerdasan emosional”. (Kumpulan artikel Kompas, 2001: 182).
Kecerdasan emosional (EQ) adalah proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup. Memang ada temperamen khusus yang dibawa seorang anak sejak ia dilahirkan, tetapi pola asuh orang tua dan pengaruh lingkungan akan membentuk “cetakan emosi seorang anak yang akan berpengaruh besar pada perilakunya sehari-hari” (Bambang Sujiono dan Yuliani Nurani Sujiono, 2005: 115).


Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi

Menurut Elisabeth B. Hurlock dalam bukunya “Perkembangan Anak Jilid I” (1997: 214) menjelaskan metode belajar yang menunjang perkembangan emosi sebagai berikut :
a. Belajar secara coba-coba
Anak belajar secara coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan.
b. Belajar dengan cara meniru
Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.
d. Belajar melalui pengkondisian
Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi.
e. Pelatihan
Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan terbatas pada aspek reaksi yaitu reaksi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Peran orang tua, guru dan lingkungan sekitar sangat menentukan dalam proses belajar anak. Mereka harus sabar dan menjadi tauladan bagi anak-anak mereka. Apabila anak melakukan hal-hal yang positif maka orang tua tidak segan-segan memberikan pujian.

Prinsip-prinsip mengasuh anak dengan kecerdasan emosi

Ada lima prinsip mengasuh anak dengan yang menjadi tujuan bagi orang tua dan anak. Berusaha mencapai tujuan tersebut akan menciptakan keluarga yang harmonis dan membuat anak-anak tumbuh dewasa dengan disiplin diri dan tanggung jawab (Maurice J. Elias, 2000: 39).
1. Sadari perasaan sendiri dan perasaan orang lain.
Perasaan adalah sesuatu yang sulit disadari.
2. Tunjukkan empati dan pahami cara pandang orang lain.
Empati adalah kemampuan untuk menyelami perasaan orang lain. Untuk dapat melakukan hal ini, seorang harus menyadari baik perasaan dirinya maupun perasaan orang lain.
3. Atur dan atasi dengan positif gejolak emosional dan perilakunya.
4. Berorientasi pada tujuan dan rencana positif.
Salah satu hal terpenting tentang manusia adalah dapat menetapkan tujuan dan membuat rencana untuk mencapai tujuan. Teori kecerdasan emosional menyatakan bahwa hal ini memiliki implikasi penting yaitu Mengakui kekuatan ampuh optimisme dan harapan, Dalam berusaha mencapai tujuan ada waktu-waktu ketika lebih atau kurang efektif, Orang tua dapat memperbaiki cara dalam penetapan dan perencanaan tujuan sebagaimana menghendaki anak-anak melakukannya.
5. Gunakan kecakapan sosial positif dalam membina hubungan.
Contoh kecakapan sosial yaitu komunikasi dan pemecahan masalah. Sebagai orang tua harus memberikan kebebasan kepada anak untuk bergerak. Namun orang tua tetap mengontrol anak walaupun tidak terlalu ketat. Selain itu orang tua dapat memahami perasaan anak, apakah anak sedang sedih atau senang.


Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Soemiarti Padmonodewo dalam bukunya “Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah” (1995: 22) menjelaskan karakteristik perkembangan anak usia dini yaitu :
1. Perkembangan jasmani
Ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat kemajuannya pada tahapan anak pra sekolah. Pada usia 4 tahun anak-anak telah memiliki ketrampilan yang lebih baik, mereka mampu melambungkan
bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti. Sedangkan beberapa anak yang telah berusia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sekaligus dan belajar melompat tali. Pada usia 4 – 5 tahun, biasanya mereka sudah mampu membuat gambar, gambar orang. Bentuk gambar orang biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut dan telinga, kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan, kaki dan tangan.
2. Perkembangan kognitif
Piaget (1969) menjelaskan perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan pra operasional, tahapan kongkrit operasional dan formal operasional.
Tahapan anak pra sekolah termasuk dalam tahap pra operasional (2 – 7 tahun) yaitu kecepatan perkembangan anak bersifat pribadi, tidak selalu sama untuk masing-masing anak. Pada tahapan pra operasional anak-anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya. Tahapan bantuan
kehadiran sesuatu di lingkungannya, anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik.
3. Perkembangan bahasa
Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja kemudian berekspresi dengan berkomunikasi dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Anak pra sekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan bernyanyi.
4. Perkembangan emosi dan sosial
Pada tahapan ini emosi anak pra sekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Anak-anak perlu dibantu dalam dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya dan sehat secara fisik dan mental. Dalam periode pra sekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya.


Ciri-ciri Kecerdasan Emosi

Menurut Daniel Goelman dalam bukunya “Emotional Intelligence”, kecerdasan emosi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:
1. Internal
a. Pola asuh
1. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif yaitu orang tua seolah bersikap demokratis dan sangat menyayangi anaknya. Namun disisi lain, kendali orang tua terhadap anak sangat rendah.
2. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah peran orang tua sangat dominan. Mereka menanamkan disiplin yang ketat dan tidak memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapatnya.
3. Pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh ini tetap menambah kendali yang tinggi pada anak namun dibarengi dengan sikap demokratis. Orang tua memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan
pendapatnya dan memilih apa yang paling disukainya.
2. Eksternal
a. Teman sebaya
Pada intinya, setiap anak perlu dilatih untuk bersosialisasi dan bekerja sama, kalau kecerdasan emosinya terlatih dengan baik, seorang anak akan berperilaku positif. Misalnya: anak tidak mengganggu teman pada saat bermain.
b. Lingkungan sekolah
Disini yang paling dominan adalah guru. Seorang guru harus bersikap sabar, agar anak dapat bersikap positif.
c. Bermain
Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak. Bermain akan meningkatkan kerjasama dengan teman sebaya, menghilangkan ketegangan, dan merupakan pengamanan bagi tindakan yang potensial berbahaya.


Sumber :
Kecerdasan dan Kesehatan emosional Anak : Dr. Makmun Mubayidh
Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosi Anak Usia TK : Satrianingsih
http://rawapening.wordpress.com/2009/06/16/membangun-kecerdasan-anak-sejak-usia-dini/
Kiat mengasah kecerdasan emosi Anak : Ellys J.
Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif : Kumpulan Artikel kompas


Rabu, 05 Januari 2011

Otak Tengah (mudharatnya)

Istilah manfaat pada tulisan sebelumnya, terasa pas bila disandingkan dengan istilah “mudharat” pada tulisan kali ini. Hal ini karena manfaat dan mudharat berasal dari bahasa yang sama dan memang merupakan lawan kata yang telah dibakukan bahkan kerap digunakan dalam bahasa Indonesia. Istilah mudharat digunakan untuk melihat celah atau kelemahan yang ada pada aktivasi otak tengah. Penulis bukanlah orang yang ahli dalam ilmu kedokteran atau ahli dalam anatomi tubuh manusia. Tapi yang jelas, terdapat sejumlah catatan yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan bagi orang-orang yang berminat terhadap aktivasi otak tengah.
Pertama, aktivasi otak tengah muncul dan menjadi perbincangan hangat setelah munculnya buku seputar dahsyatnya otak tengah dan mengatakan bahwa ini adalah penemuan para peniliti di Amerika Serikat. Kemunculannya lantas diikuti oleh berbagai program lengkap dengan kesaksian sukses dan berlanjut dengan program-program serupa. Melihat fenomena ini, penulis teringat pada berbagai produk kesehatan yang berbentuk gelang atau kalung dan sebagainya, dimana awalnya bercerita tentang kesehatan, tetapi setelah itu langsung meluncur ke pembicaraan transaksi barang. Artinya ada semacam kecenderungan ke arah komersialisasi bukan ke arah penelitian secara berlanjut dan berkesinambungan secara ilmiah. Apalagi Indonesia merupakan pasar yang sangat menjanjikan untuk produk yang siap cepat saji semacam itu.
Kedua, Penggunaan gelar dokter pada beberapa pakar aktivasi otak tengah yang kemudian juga membuka praktik di Indonesia, merupakan sesuatu yang kontradiktif ketika berbagai pernyataan yang melansir keunggulan otak tengah mengungkapkan bahwa aktivasi otak tengah merupakan penemuan dahsyat di bidang psikologi. Kalaupun memang aktivasi otak tengah ini merupakan ranah psikologi maka seyogiyanya asosiasi-asosiasi terkemuka di bidang psikologi seperti American Psychology Association (APA), IACCP (International Association for Cross-Cultual Psychology) atau di tingkat nasional yaitu Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) dilibatkan dalam penelitian dan mengeluarkan rekomendasi atau keputusan terkait aktivasi otak tengah ini, mengingat jaringan yang dimiliki oleh asosiasi-asosiasi tersebut sangatlah kuat dan luas. Bahkan kurikulum yang digunakan pada fakultas Psikologi di berbagai universitas pun merujuk pada aturan yang dikeluarkan oleh asosiasi tersebut.
Ketiga, Kampus sebagai lembaga penelitian juga memiliki andil besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Aktivasi otak tengah juga merupakan pengembangan ilmu pengetahuan yang menarik dan perlu penelitian lebih lanjut. Dalam hal ini, kampus berperan dan dapat membuat terobosan atau menjadi pusat studi aktivasi otak tengah. Sampai saat ini penulis rasakan masih sangat sedikit kampus yang tertarik terhadap topikotak tengah ini. Kalau informasi tentunya sudah jelas diterima oleh civitas akademi kampus, namun tindak lanjutnya terlihat belum ada. Ini juga menjadi suatu tanda tanya besar, apakah topik otak tengah ini hanya isu belaka.
Keempat, dalam situs http://www.facebook.com/aktivasi.otak.tengah?ref=search, selain banyaknya pendapat yang pro bahkan meminta pelatihan aktivasi secara langsung, ada pula yang bernada kontra mengingat hasilnya yang tidak selalu berhasil dan manfaatnya yang dirasakan hanya sebatas untuk membaca atau bermain. Nuansa yang didapat adalah anak tersebut memiliki kemampuan lebih dari temannya dalam hal membaca dan bermain. Ini sebenarnya tidak mengubah anak tersebut menjadi lebih pandai dan hanya terkesan seperti metode penghitungan cepat yang pernah popular padahal hanya kemampuan menghitung saja tanpa memahami konsep rumus dan logika penghitungan yang ada.
Kelima, ada sebuah tulisan yang menarik sebagai komparasi manfaat otak tengah, yang penulis ambil dari http://bachtararif.blogspot.com/2010/12/kekurangan-manipulasi-otak-tengah.html dengan narasumber Sumber: Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater, Staf Dosen di Bagian Psikiatri pada Fakultas Kedokteran Udayana, Bali, dan sebagai konsultan Forensik Psikiatri di RSUP Sanglah, Denpasar sebagai bahan perbandingan. Lebih lengkapnya penulis cuplik langsung sebagai berikut :
kekurangan manipulasi otak tengah
Di era perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju pesat banyak ilmu – ilmu baru yang mulai di temukan dan di kembangkan saat ini. Seperti dalam hal perkembangan kemampuan otak tengah, makin banyak orang yang melakukan penelitian tentang hal tersebut. Dalam setiap perkembangan sesuatu ilmu pasti memiliki manfaat dan dampak negatif dari suatu ilmu. Pada kesempatan ini saya akan menuliskan dampak negatif dari perkembangan ilmu mengenai manipulasi otak tengah.
Walaupun perkembangan manipulasi otak tengah memiliki manfaat tapi tidak lupa juaga ilmu ini memiliki kekurangan juga seperti dalam tulisannya, Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater dari Denpasar, Bali, menyebut kondisi seperti yang dialami oleh anak-anak dengan memanipulasi otak tengah yaitu sebagai awareness, yakni suatu kondisi mental penuh kewaspadaan. Kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan kejiwaan, berupa gejala yang ringan berupa Gangguan Cemas Menyeluruh, sampai tipe berat berupa Gangguan Paranoid.
Kondisi awareness tersebut muncul setelah otak tengah anak-anak tersebut diaktivasi dengan suatu cara tertentu, seperti memperdengarkan alunan musik klasik dan instrumentalia lainnya, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, dan lain-lain, kemudian ditambah juga dengan program neuro-linguistik (NLP) yang disisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP).
Namun perlu diketahui bahwa hingga hari ini belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa aktivasi otak tengah meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade-nya menjadi jenius.
Sebaliknya penelitian beberapa ahli sudah membuktikan secara ilmiah bahwa aktivasi otak tengah bisa memberikan dampak buruk bagi fungsi organ tubuh, seperti penelitian Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian otak tengah pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi otak tengah di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan mengalami relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut.
Begitu juga dengan penelitian Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi otak tengah, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), persarafan simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.
Tulisan Hugo D. Critchley, Peter Taggart dkk. (2005) membuat kita lebih terperangah lagi, karena ternyata induksi lateralisasi pada aktifitasi otak tengah dapat mengakibatkan mental stres, serta berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death). Penyebabnya adalah karena tidak seimbangnya dorongan simpatetik persyarafan jantung.
Dalam hal ini orang tua harus lebih teliti dalam memilih apa yang terbaik untuk anak nya termasuk untuk membiarkan anaknya ikut dalam bimbingan otak tengah atau tidak. Karena itu memiliki dampak positif maupun negatif yang sama.



Otak Tengah (Manfaatnya)

Dahsyatnya otak tengah, sebuah judul buku yang kemudian menjadi bahan pembicaraan hangat dimana-mana. Banyak orang yang dibuat penasaran terutama dengan manfaat yang dihasilkan dari proses aktivasi otak tengah yang berlangsung singkat. Melihat isi bukunya, mungkin kita akan merasa terperanjat heran, takjub dan berfikir “masa sich” atau “apa iya” dan kemudian berhasrat ingin mencobanya.
Ilustrasi berikut ini cukup jelas menggambarkan cerita-cerita kesuksesan hasil aktivasi otak tengah. Seorang ibu rumah tangga bernama Eka Oktanla (31), sangat menginginkan anaknya agar lebih berkonsentrasi lagi terhadap pelajarannya. Maka ia menyertakan anaknya pada program aktivasi otak tengah dimana ketika proses pengaktifan berlangsung, anak tersebut merasakan otak tengahnya mengeluarkan sinar dan terlihat terang. Maka ketika matanya tertutup, anak tersebut bisa membaca Koran dan menebak kartu remi. Ilustrasi tadi bisa jadi sangat merangsang kaum ibu demi kesuksesan sang anak.
Program aktivasi otak tengah memang akhir-akhir ini semakin marak di Indonesia, seiring publikasi yang semakin gencar dan mudahnya informasi yang didapatkan. Menurut pakar aktivasi otak tengah, Lenny Putri, metode yang digunakan adalah teknologi komputer yang modern, pengaktifan otak kanan dilakukan pada midbraln melalui kolaborasi dan kemanjuran music, audio dengan tujuan untuk merangsang otak tengah agar berfungsi untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak tengah. Ia juga menambahkan, melalui musik atau biasa disebut dengan mozart, maka tingkat kecerdasan seorang anak akan berbeda Jika dibandingkan dengan anak lainnya, menurutnya otak tengah merupakan jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Sehingga apabila otak tengah telah diaktifkan, kemungkinan besarnya fungsi otak kiri dan otak kanan akan bekerja secara maksimal. Itu dikarenakan pengaktifan otak tengah bisa mengembalikan kekuatan otak pada keadaan semula.
Masih menurutnya, ketika otak tengah diaktifkan maka anak-anak akan memiliki akses yang mudah baik otak kiri, maupun otak kanan untuk lebih konsentrasi terhadap pelajaran. Daya kecepatan meghafalnya pun akan lebih sempurna Selain itu juga. Kelebihan dari pengaktifan otak tengah yaitu anak akan bisa membaca atau melakukan aktivitas lainnya dengan mala tertutup. Hal seperti itulah yang membuat para orang tua tertarik untuk mengikuti anaknya pada pelathan dan aktivasi otak tengah yang diselenggarakannya.
Selama ini kita lebih sering mendengar atau familiar dengan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri dimana berperan pada logika, pembelajaran bahasa, angka, tulisan, dan hitungan. Sedangkan otak kanan berperan pada daya kreatifitas, imajinasi dan lainnya. Otak tengah (Mesencephalon), berfungsi sebagai jembatan penghubung antara otak kanan dan otak kiri, dan selain itu juga berfungsi sebagai keseimbangan. Otak tengah juga yang mendominasi perkembangan otak secara keseluruhan. Fungsi dari otak tengah dimana dalam keadaan tertidur dapat berkembang secara maksimal. Pada penelitian kedokteran, otak tengah berhubungan dengan frekuensi gelombang otak (alpha hingga tetha) yang dikenal bisa mengondisi tubuh manusia menjadi rileks dan nyaman. Otak tengah juga diyakini sebagai perkembangan pertama dalam petumbuhan janin, yang merupakan bagian terkecil dari otak yang berfungsi seperti ”Stasiun Relai” untuk informasi pendengaran dan penglihatan. Otak tengah juga berperan untuk meningkatkan kemampuan mengasihi orang lain.
Cuplikan berikut ini berisi manfaat yang diperoleh setelah kita mengaktifkan otak tengah, dengan mengambil referensi buku dahsyatnya otak tengah. Otak tengah yang telah teraktivasi dapat membuat keseimbangan hormon dalam tubuh seseorang menjadi lebih baik. Salah satu fungsi otak tengah adalah mengatur hormon, di mana area yang mendapat pengaruh cukup besar adalah emosi. Seseorang yang otak tengahnya telah diaktifkan mempunyai keseimbangan emosi yang sangat baik dan mampu mengontrol emosinya dengan lebih baik. Adapun manfaat lain yang dirasakan adalah Meningkatkan Daya Ingat, Meningkatkan Kemampuan Inovasi dan Kreativitas, Meningkatkan Konsentrasi, Meningkatkan Kemampuan Fisik dalam Berolahraga, Meningkatkan Keseimbangan Otak Kanan dan Otak Kiri, Meningkatkan Keseimbangan Hormon, dan Meningakatkan Daya Intuisi atau kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan tanpa masukan atau tanpa menggunakan alasan apapun.

Sumber : Buku Dahsyatnya Otak Tengah – Hartono Sangkanparan
http://dahsyatnyaotaktengah.com/category/bab-11

http://tiqahminds.wordpress.com/keunggulan-otak-tengah/

http://bataviase.co.id/node/85928


Selasa, 04 Januari 2011

Telaah Tahapan Perkembangan BJ Habibie berdasarkan Teori Sullivan

Penulis : Adi Sulaiman

Sullivan memang tidak banyak berpendapat mengenai tahap dewasa matang di luar lingkup psikiatri interpersonal; namun ia meyakini bahwa walaupun gambaran akan orang dewasa tidak ditemukan dalam pengalaman klinis, tapi merupakan hasil perkiraan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Melihat berbagai keberhasilan dan kegemilangan Bapak Habibie yang begitu runtut dan jelas alurnya, tentu saja hal ini bukan sesuatu yang datang tiba-tiba sebagai keajaiban. Beliau pada hakikatnya manusia biasa juga yang sama dengan manusia Indonesia lainnya. Beliau dilahirkan bukan di kota besar yang lengkap dengan berbagai fasilitas, beliau lahir di daerah Pare-Pare dari keluarga yang pure Indonesia. Prestasi demi prestasi yang beliau miliki dan torehkan menjadi kebanggaan bukan hanya pribadi tapi juga kebanggaan Indonesia bahkan kebanggaan dunia. Keberhasilan dan prestasi ini merupakan hasil tempaan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada masa tahapan-tahapan sebelum berkembang menjadi dewasa. Profil singkat diatas juga menunjukkan betapa seorang habibie mengembangkan needs dalam arti beliau sangat memfasilitasi perkembangan interpersonal, dimana Transformasi Energi yang beliau lakukan secara teratur menjadi dynamism dengan tipikal intimacy yaitu hubungan interpersonal erat dengan kelompok teman atau orang lain dengan status setara.
Pada masa kanak-kanaknya, Habibie sebagai anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo, sejatinya mendapatkan periode akulturasi sebagaimana diungkapkan Sullivan (1953b) bahwa pada masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi yang pesat yaitu periode memperoleh bahasa, anak-anak belajar pola budaya kebersihan, kebiasaan dan harapan peran gender. Hidup sebagai anak laki-laki yang memiliki urutan menengah yaitu memiliki tiga orang kakak dan empat orang adik, Habibie mendapatkan banyak pelajaran kehidupan dari orangtua dan kakak-kakaknya, terlebih lagi ia harus memberi bimbingan dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Apalagi dalam usia 14 tahun, beliau harus kehilangan ayah karena terkena serangan jantung.
Begitu pula pada masa Juvenil, dimana pada masa tersebut mulai timbul kebutuhan akan kelompok teman atau teman bermain dengan status setara, dan diakhiri saat seseorang menemukan satu teman untuk memuaskan kebutuhan akan keintiman. Selama tahapan ini, Sullivan percaya bahwa anak seharusnya belajar untuk bersaing, berkompromi dan bekerja sama. Habibie kecil melalui masa ini bersama saudara-saudaranya secara harmonis dan rukun di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Masa ini memang dikenal sebagai masa remaja akhir dimana pada masa ini, bagi remaja akhir yang sukses mencakup tumbuhnya gaya sintaksis. Remaja akhir mulai senang bertukar pikiran dengan orang lain dan mendapatkan gagasan atau keyakinan mereka divalidasi atau disangkal. Mereka belajar dari orang lain bagaimana hidup dalam dewasa, namun perjalanan yang sukses di tahapan-tahapan sebelumnya memfasilitasi penyesuaian ini. Sosok Habibie pun dikenal sebagai pribadi yang sangat menikmati diskusi panjang dengan orang lain hingga berjam-jam lamanya. Seluruh kemampuan yang dimilikinya seakan didedikasikan untuk menghasilkan dan mempertahankan gagasan atau ide yang dimilikinya.
Disamping sisi pribadinya, perjalanan cinta seorang Habibie juga patut diteladani dan member kesan tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Apa yang diungkapkan Sullivan (1953b) mengenai hubungan cinta bahwa “keintiman yang berkembang pesat dengan orang lain ini bukan urusan utama dalam hidup, namun mungkin merupakan sumber pemuasan utama dalam hidup”(hal. 34), nampaknya memang dapat menjadi gambaran atau ungkapan kata yang bisa mewakili begitu besarnya cinta seorang Habibie kepada istrinya. Bagi beliau, sang istri merupakan satu-satunya pendamping setia dalam keadaan suka maupun duka sekaligus tempat diletakkannya cinta yang kokoh seorang Habibie. Sampai saat ini beliau tetap mencintai istrinya dan menganggap istrinya masih terus berada di dalam hatinya kendati sang istri telah berpulang ke haribaan sang pencipta.



Kesimpulan
Harry Stack Sullivan berpendapat bahwa kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi adalah hubungan interpersonal. Pengalaman hubungan antar pribadi telah mengubah fungsi fisiologis organisme menjadi organisme sosial.
Sullivan sangat yakin bahwa kepribadian dibangun semata-mata pada hubungan interpersonal, sehingga dapat dikatakan teorinya sangat tinggi pada pengaruh sosial. Hubungan interpersonal bertanggung jawab atas karakteristik positif maupun negatif pada manusia. Satu pengaruh yang memisahkan manusia dengan semua makhluk lain adalah hubungan interpersonal. Manusia terlahir sebagai organism biologis-hewan tanpa kualitas manusia kecuali potensinya untuk ambil bagian dalam hubungan interpersonal. Segera setelah kelahirannya, manusia mulai menyadari potensi mereka ketika pengalaman interpersonal menjadikan mereka manusia. Sullivan percaya bahwa pikiran tidak memiliki isi apapun kecuali apa yang diberikan melalui pengalaman interpersonal. Manusia tidak tergerak oleh insting, namun oleh pengaruh lingkungan yang datang melalui hubungan interpersonal.
Dalam case study, terungkap bahwa keberhasilan seorang Habibie bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Masa demi masa dalam tahapan perkembangannya dilalui dengan hubungan interpersonal yang baik dan bahkan beliau mendapatkan istri sebagai pasangan yang memenuhi kepuasan keintimannya dan mendampinginya selama puluhan tahun sampai akhirnya meninggal dunia. Istrinya meninggalkan beliau dengan membawa cinta sejatinya.

motivasi...apa ya?

Motivasi merupakan istilah yang kerap digunakan untuk membangkitkan semangat dan harapan seseorang agar berada dalam kondisi siap lahir dan batin pada saat menghadapi tantangan. Contoh teranyar adalah motivasi yang digelorakan jutaan rakyat Indonesia terhadap pemain Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Perjuangan dalam menghadapi laga demi laga selalu didukung pemberian motivasi dalam berbagai cara oleh semua pihak. Walaupun ada yang juga yang selalu mengkritik dan mencibir penampilan Timnas Indonesia, tapi yang memberikan motivasi tetaplah lebih banyak dan lebih bersemangat. Namun sebelum bercerita lebih jauh, apa sebenarnya motivasi itu sendiri.
Secara etimologis, Winardi menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Selanjutnya Winardi (2002:33) mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan. Steiner sebagaimana dikutip Hasibuan (2003:95) mengemukakan motif adalah “suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir”. Ali sebagaimana dikutip Arep dan Tanjung (2004:12) mendefinisikan motif sebagai “sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang”.
Seseorang melakukan suatu tindakan memang pasti ada sebab yang melatar-belakanginya. Sebab inilah yang menjadi acuan dalam bertindak. Sejumlah faktor seperti kejadian atau peristiwa, perasaan, hubungan interpersonal, kondisi diri dan kemauan menjadi satu dalam lingkup sebab tadi. Motivasi dalam posisi ini menjadi pemicu tindakan yang dilahirkan oleh sebab terjadinya tindakan. Winardi (2002:33) menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu.
Berdasarkan uraian di atas, dalam konsep motif terkandung makna (1) motif merupakan daya pendorong dari dalam diri individu, (2) motif merupakan penyebab terjadinya aktivitas, dan (3) motif diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motif dapat didefinisikan sebagai daya pendorong dari dalam diri individu sebagai penyebab terjadinya aktivitas, yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi telah dirumuskan dalam sejumlah definisi yang berlainan. Walaupun begitu, tentang substansinya tidak banyak berbeda. Istilah motivasi, menurut Sumantri (2001:53), biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu pengertian yang melibatkan tiga komponen utama, yaitu (1) pemberi daya pada perilaku manusia (energizing); (2) pemberi arah pada perilaku manusia (directing); (3) bagaimana perilaku itu dipertahankan (sustaining). Campbell dalam Winardi (2002:4) menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan (1) pengarahan perilaku, (2) kekuatan reaksi setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan tertentu, dan (3) persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu.
Mitchell (1982) dalam Winardi (2002:28-29) menjelaskan, motivasi memiliki sejumlah sifat yang mendasarinya, yaitu: (1) ia merupakan fenomena individual, artinya masing-masing individu bersifat unik, dan fakta tersebut harus diingat pada riset motivasi, (2) motivasi bersifat intensional, maksudnya apabila seseorang karyawan melaksankan suatu tindakan, maka hal tersebut disebabkan karena orang tersebut secara sadar, telah memilih tindakan tersebut, (3) motivasi memiliki macam-macam fase. Para ahli telah menganalisis berbagai macam aspek motivasi, dan termasuk di dalamnya bagaimana motivasi tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan, dan pengaruh apa menyebabkan timbulnya persistensinya, dan bagaimana motivasi dapat dihentikan.
Berendoom dan Stainer dalam Sedarmayanti (2000:45), mendefinisikan motivasi sebagai kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Hasibuan (2003:95) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Vroom dalam Gibson (1991:185) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan pilihan antara beberapa alternatif dari kegiatan sukarela. Sebagian perilaku dipandang sebagai kegiatan yang dapat dikendalikan orang secara sukarela, dan karena itu dimotivasi. Mathis and Jackson (2000:89) mengemukakan motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Wahjosumidjo (1984:50) mengemukakan motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsicdan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan sedang faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor intrinsik motivasi timbul karena adanya rangsangan.
Chung & Megginson dalam Gomes (2001:177) menjelaskan motivation is defined as goal-directed behavior. It concerns the level of effort one exerts in pursuing a goal… it is closely related to employee satisfaction and job performance (motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan… motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan dan performansi pekerjaan). Jones sebagaimana dikutip Indrawijaya (1989:68) merumuskan “motivation is concerned with how behavior is activated, maintained, directed, and stopped”. Duncan (dalam Indrawijaya, 1989:68) mengatakan bahwa “from a managerial perspektif, motivation refers to any conscious attempt to influence behavior toward the accomplishment of organization goals”.
Memperhatikan uraian di atas, Gibson dalam Winardi (2002:4) menjelaskan bahwa apabila kita mempelajari berbagai macam pandangan dan pendapat mengenai motivasi, dapat ditarik sejumlah kesimpulan (1) para teoritisi menyajikan penafsiran-penafsiran yang sedikit berbeda tentang motivasi dan mereka menitikberatkan faktor-faktor yang berbeda-beda, (2) motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja, (3) motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan, dan (4) dalam hal mempertimbangkan motivasi, perlu memperhatikan faktor-faktor fsiologikal, psikologikal, dan lingkungan sebagai faktor-faktor penting.
Dalam pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa motivasi berada sebelum aktivitas atau tindakan itu dilakukan, dan akan terus menemani aktivitas tersebut selama berjalan. Seperti ilustrasi diatas, bahwa pemain sepakbola Timnas memiliki motivasi yang sangat besar untuk bermain baik dan menjadi pemenang setiap laga pertandingan. Motivasi itu tidak berhenti ketika menjelang pertangan saja tetapi terus berkecamuk dalam pribadi tiap pemain selama pertandingan berlangsung. Motivasi pun kadarnya naik turun, dimana hal ini bergantung juga terhadap suasana hati yang turut dipengaruhi oleh peristiwa dan kondisi yang dialami.
Daftar Rujukan
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,(Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Hasibuan, Malayu SP. (2003). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta
Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suryana Sumantri. (2001). Perilaku Organisasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.Bandung: Mandar Maju
Gomes, Faustino Cardoso. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: Andi Offset
Robert L. Mathis and John H. Jackson. (2000). Human Resource Management. New York: South-Western College Publishing.
Wahjosumidjo. (1994). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Indrawijaya, Adam I. (1989). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru
http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-motivasi.html